img
Ilustra
si (Foto: time)
Athena, Mendengar kata organik, pasti yang terbayang adalah makanan sehat. Tapi ini tidak berlaku untuk telur, karena telur-telur organik yang diproses dengan harga lebih mahal ternyata tak lebih sehat dibanding telur biasa.

Sebuah survei baru-baru ini yang dilakukan di Athena, menemukan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk ayam yang dikelola pabrik adalah sekitar Rp 15 ribu per lusin (US$ 1,69), ayam bebas kandang (cage-free) Rp 27-32 ribu per lusin (US$ 2,99-3,59), sedangkan ayam organik Rp 36-49 ribu per lusin (US$ 5,38) semua dengan kurs Rp 9.000/US$.

Tapi ternyata biaya yang dikeluarkan tak sebanding dengan tingkat kesehatan yang diperoleh. Telur organik tak lebih sehat dibanding telur pabrik atau telur cage-free. Hal ini berdasarkan hasil penelitian yang dirilis oleh Departemen Pertanian AS (USDA).

Dilansir dari Time, Jumat (9/7/2010), penelitian yang dipimpin oleh Deana Jones, seorang ahli teknologi pangan, menyatakan bahwa penelitian ini tidak dirancang untuk mengeksplorasi masalah kondisi pemijahan (pengembangbiakan) terbaik untuk ayam.

Ayam pabrik adalah ayam yang dipijah (dikembangbiakkan) di dalam kandang baterei yang membuatnya harus tetap bergerak meski penuh sesak. Sedangkan ayam buras (ayam kampung) dan ayam organik memiliki kebebasan dalam bergerak dan dibesarkan dengan tingkat pakan berkualitas tinggi, sehingga membuatnya lebih mahal.

Jones dan rekannya ingin mempelajari apakah ayam yang 'happy' benar-benar menghasilkan produk yang lebih baik. Untuk melakukan hal ini, Jones dan rekan bergabung dengan unit Haugh, yaitu spesialisasi teknologi pangan yang mengukur kualitas telur.

Putih telur adalah tempat semua protein ditemukan, yang terbuat dari albumen tipis (cairan encer yang bergerak lebih cepat dari kuning telur bila pecah), dan albumen tebal (cairan yang lebih kental di dekat pusat telur). Semakin banyak jumlah albumen tebal, maka telur semakin bergizi.

"Pada penelitian, kami tidak menemukan perbedaan yang signifikan sama sekali. Tetap didapatkan hasil yang sama berulang kali pada beberapa sampel telur," jelas Jones.

Itu baru dari segi gizi telur. Bagaimana dengan keamanan? Apakah telur organik memiliki keunggulan dalam hal antibiotik dan kontaminan lainnya? Anehnya, USDA tidak mempelajari tentang antibiotik, terutama akibat penggunaan obat yang efisien dalam industri telur.

"Hanya sedikit penelitian yang melihat hal ini. Ayam tidak rutin diobati dengan antibiotik, tetapi tetap mendapatkannya ketika sakit," pungkas Peter Holt, ahli imunologi dan mikrobiologi USDA.

Antibiotik bisa menghilangkan keorganikan pada telur untuk sementara waktu, hingga obat-obatan tersebut dibersihkan dari sistem tubuh ayam.

Masalah yang lebih besar lagi adalah pencemaran lingkungan. Penelitian di Amerika Serikat dan Uni Eropa telah menunjukkan bahwa ayam buras (ayam kampung) memiliki tingkat PCB (sejenis pestisida) yang lebih tinggi, hanya karena ayam-ayam tersebut lebih sering dan dapat mematuk makanan hampir di mana saja.

Sebuah studi di Brasil bahkan menemukan sesuatu yang mirip dengan DDT, jenis pestisida, yang lambat terurai dan tidak pernah digunakan di daerah itu dalam sembilan tahun belakangan.

"Anda benar-benar harus mengetahui sejarah tanah sebelum Anda dapat yakin itu aman untuk mengembangkan ayam buras," tambah Holt.
(mer/ir)
copad dari detik.com

0 komentar

Posting Komentar